Kebebasan Finansial adalah salah satu aspek di dalam kehidupan yang menjadi obsesi bagi semua orang, disamping aspek-apsek kehidupan lainnya. Semua orang membutuhkan uang untuk dapat merealisasikan apa yang menjadi keinginan dan harapan-harapannya. Begitu pentingnya uang sehingga hampir semua daya dan upaya manusia di dunia ini terfokus pada bagaimana mendapatkan uang. Karyawan akan berkarir dan bekerja dengan sebaik-baiknya penuh dengan kedisiplinan dan kreatifitas untuk meningkatkan pangkat yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh sejumlah pendapatan atau uang yang semakin meningkat demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Demikian juga dengan para pedagang yang yang harus melakukan transaksi jual beli demi memperoleh keuntungan atau laba dan tentunya uang juga salah satu tujuannya.

Sedemikian pentingnya arti dan nilai uang sehingga semua orang selalu berusaha mengejar uang demi merealisasikan keinginannya. Namun demikian penghasilan atau uang yang diterima oleh setiap orang tidak sama, walaupun terkadang upaya yang dilakukan sudah sama atau bahkan lebih satu dari yang lainnya. Kebanyakan dari kita menyebutnya sebagai “rejeki” yang sudah dijatahkan oleh Sang Pencipta dan Pemberi Rejeki kepada umatnya. Seringkali dan mungkin kebanyakan dari kita melihat bahwa ada unsur keberuntungan yang menyebabkan di satu orang memperoleh keberlimpahan materi dan orang yang lain hidup dalam kondisi pas-pasan atau bahkan dalam keadaan serba kekurangan.

Orang-orang dalam kondisi terpuruk seringkali menyalahkan uang sebagai bencana dan sumber kerusakan di muka bumi ini. Hal ini seringkali kita dengar atau bahkan diri kita sendiri juga merasakan hal yang demikian. Pikiran dan mind set kita atau bisa dikatakan sebagai keyakinan di dalam diri kita sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan cara pandang komunitas di sekitar kita. Tidak ada yang salah di setiap pandangan seseorang atau komunitas, namun harus diwaspadai bahwa cara pandang yang diyakini bersama dan menjadi kebiasaan bahkan keyakinan hidup bisa menhambat tujuan yang ingin diraih. Karena keyakinan atau mind set ini telah tersimpan di dalam pikiran bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar adalah bagian dari pikiran manusia yang menguasai dan menggerakkan resources diri kita.

Orang-orang di lingkungan keluarga sukses akan berbeda dalam memandang uang. Uang dianggap sebagai alat untuk merealisasikan harapan dan meraih kesuksesan yang lebih tinggi lagi. Komunitas mereka jarang sekali melihat uang dari sudut pandang yang negatif, uang bukanlah sumber bencana tapi uang harus selalu diupayakan untuk diraih demi memperoleh kebahagian dan kesuksesan yang dicita-citakan.

Berbeda lagi bagi orang-orang dalam komunitas spiritual, seperti pendeta, bante, ustadz mereka tidak menganggap uang lagi sebagai kebahagiaan yang hakiki. Hidup sederhana lebih menjadi keyakinan diri mereka untuk meraih kebahagiaan. Sekali lagi cara pandang terhadap uang tidak ada yang salah dan semua benar apalagi sudah menjadi keyakinan di dalam diri seseorang. Namun demikian mayoritas manusia sangat tergantung dan terobsesi pada uang. Hampir sebagian besar orang selalu mengukur keberhasilan dan kesuksesan dari sisi materi, karena memang sisi materi adalah hal yang mudah diukur. Kebahagiaan adalah menyangkut rasa dan oleh kebanyakan orang susah sekali bisa diukur dan dilihat secara fisik, sehingga materi adalah suatu parameter yang terlihat secara fisik sebagai tand keberhasilan bagi seseorang. Materi ini tentunya secara nominal juga diukur dari uang.

Lalu apa hubungannya dengan cara pandang dan keyakinan diri kita terhadap uang dengan kesuksesan kita dalam menghadirkan uang di pundi-pundi ukuran kesuksesan kita. Banyak orang yang mengharap untuk memperoleh uang dengan segala daya dan upaya kerja keras, kerja cerdas namun tetap hanya mendapatkan uang pas-pasan dan jarang bisa memperoleh kelebihan uang. Hal ini bukanlah disebabkan oleh berbedanya keberuntungan setiap orang, karena sesungguhnya keberuntungan bisa kita ciptakan. Bagaimana menciptakannya?

Tahap awal adalah dengan menguji terlebih dahulu keyakinan mind set kita terhadap uang. Apakah anggapan di dalam sanubari terdalam anda terhadap uang. Mengapa hal ini harus dilakukan terlebih dahulu? Jawabnya adalah karena jika mind set dan keyakinan kita terhadap uang belum sesuai dengan tujuan, keinginan dan harapan dalam mendapatkan uang maka terjadi ketidak selarasan antara pikiran bawah sadar dan pikiran sadar kita. Jika ketidak selarasan terjadi maka akan ada sabotase oleh pikiran bawah sadar terhadap keinginan mendapatkan uang sehingga akibatnya adalah ketidakberhasilan mendapatkan materi yang diinginkan.

Saya tidak mengulas dan ingin merubah pandangan anda mengenai uang, namun bagi anda pembaca yang ingin menarik uang dan menjadikan diri anda menjadi magnet terhadap uang merubah mind set dan keyakinan diri anda terhadap uang yang telah terbentuk sejak masa kanak-kanak anda harus segera and ubah sebelum anda melangkah lebih jauh dan tanpa menghasilkan apa yang anda harapkan. Seringkali manusia frustasi kepada keadaan dirinya yang tidak mampu untuk keluar dari hidup pas-pasan, dari kemiskinan, dari karir yang stagnan dan sebagainya. Rasa frustasi itu seringkali dilarikan dengan melakukan proses penghiburan diri dengan mengalihkan rasa frustasinya dengan melihat dan menganggap orang yang berhasil atau sukses dari dirinya secara materi adalah orang-orang yang sukses dengan mengambil jalan pintas dengan korupsi misalnya atau menganggap orang yang sukses itu bekerja dengan cara yang tidak halal. Ini adalah hal yang sangat manusiawi, mengapa? Pada dasarnya manusia tidak suka dengan kompetisi, mereka lebih suka berkutat di dalam zone kenyamanan dirinya. Manusia lebih menyukai disaat dirinya saat orang lain memiliki dan merasakan keadaan yang sama dengan dirinya. Sebagai contoh saat di Porong terjadi kemacetan yang luar biasa karena Jebolnya tanggul di seputar semburan Lapindo kita bisa lihat bagaimana sesama sopir bisa dengan tenang saling menyapa tanpa umpatan yang keluar dari mulutnya, hal ini berbeda dengan saat jalan lancar dimana orang saling berkompetisi untuk saling mendahului, sering kita dengar kata-kata cacian, umpatan baik yang keluar dari mulut secara ekstrem atau hanya dalam bentuk kedongkolan di dalam hati.

Contoh yang lain disaat tetangga kita misalnya dalam keadaan biasa-biasa saja tanpa terlihat aktivitas penambahan materi secara fisik biasanya fokus pikiran seseorang juga biasa-biasanya saja. Namun disaat ada tetangga yang membeli mobil baru misalnya seringkali seseorang menjadi iri, cemburu dan seringkali menggunjingkannya dengan mencari-cari hal yang negatif pada tetangganya.

Orang seringkali tidak siap dengan kompetisi. Lalu bagaimana kompetisi yang sehat itu? Kompetisi yang sehat adalah kompetisi di dalam pencapaian diri sendiri dan janganlah merasa berkompetisi dengan orang lain. Jika orang lain memperoleh kebahagiaan maka pikiran dan perasaan kita harus bergetar positif dengan melihat kondisi eksisting di diri kita dan menggetarkan perasaan positif seakan-akan kitalah yang memperoleh kebahagiaan seperti yang diperoleh orang lain. Dengan demikian terjadi programming semangat di dalam pikiran bawah sadar kita untuk pada akhirnya mengejar kebahagiaan yang kita harapkan. Hal ini berbeda jika seseorang menanggapi kebahagiaan orang lain dengan menganggap adanya kompetisi dengan orang tersebut yang akhirnya memunculkan rasa iri, cemburu, merasa kurang mampu dan seterusnya yang semakin membuat keyakinan diri dan mind set semakin terprogram oleh persepsi negatif atas kebahagiaan orang lain dan tentunya menganggap dan mempersepsikan hal yang negatif dari uang sebagai salah satu sumber pemberi kebahagiaan.

bersambung ...................

0 komentar